"Loyalitas Tak Berdasar”
Oleh Redywan James Purba
Anda pasti ingat cerita Petrus. Lantang! Gagah! Tak takut pada pemerintah Roma yang kuat. Dia meminta Isa untuk tidak jadi mengorbankan diri-Nya. Petrus tak ingin DIA mati! Petrus tak tahu apa yang dikerjakannya? Anda Salah! Dia tahu. Dia sangat tahu. Dia loyal kepada-Nya. Namun sayang, dia tak sadar loyalitasnya menentang tujuan utama Isa hadir ke dunia.
Berapa banyak orang di dunia tahu loyalitas yang mereka miliki? Saya berharap banyak namun sebaliknya. Setidaknya itulah yang terjadi di negeri yang katanya masih punya harapan ini.
Di sisi lain, kita melihat orang yang merasa hidup loyal. Hidup setia. Rutinitas keagamaan hebat. Merasa menikmati berkat melimpah dari Sang Khalik. Tetapi sayang, Sang Khalik memiliki tujuan utama memberi hidup-Nya bagi dunia yang merasakan ketidakadilan. DIA bahkan rela menanggung semua dosa agar dunia merasa kebebasan sejati.
Selamat merenungkan loyalitas yang sedang Anda jalani. Wassalam…
Jakarta, Mei-duasatu, 2012
Selasa, 22 Mei 2012
Selasa, 16 November 2010
Benih di Jalan, Tanah Bebatuan, Semak Berduri atau Tanah Subur
Benih di Jalan, Tanah Bebatuan, Semak Berduri atau Tanah Subur
Oleh Redywan James Purba
Terlalu lama melihat benih itu tumbuh! Apakah benih itu mati? Terkadang tak sabar melihatnya bertumbuh. Padahal sudah kukerahkan semua daya upaya ku. Aku malah jadi bertanya, apakah kemarin terjatuh di jalanan saja? Tanah berbatu atau di semak duri?
Awalnya aku berharap dia terjatuh di tanah subur dan seingat ku aku sudah menabur dengan cara yang benar dan mengarahkan pada tempat yang seharusnya. Tapi kenapa begitu lama? Ahh… sudahlah, gumam ku meredakan gelisah.
Jika memang sudah tentu tak akan sirna. Hanya perlu member waktu menyianginya. Bekerjalah selagi hari masih siang dan terus ada. Hingga saatnya tiba, 30, 60 sampai 100 kali ganda tuaian kan tiba tuk dituai para pekerja selanjutnya.
Cirebon, November dua belas – 2010
15.00 WIB
* dalam perenungan yang dalam akan sebuah kegundahan
Oleh Redywan James Purba
Terlalu lama melihat benih itu tumbuh! Apakah benih itu mati? Terkadang tak sabar melihatnya bertumbuh. Padahal sudah kukerahkan semua daya upaya ku. Aku malah jadi bertanya, apakah kemarin terjatuh di jalanan saja? Tanah berbatu atau di semak duri?
Awalnya aku berharap dia terjatuh di tanah subur dan seingat ku aku sudah menabur dengan cara yang benar dan mengarahkan pada tempat yang seharusnya. Tapi kenapa begitu lama? Ahh… sudahlah, gumam ku meredakan gelisah.
Jika memang sudah tentu tak akan sirna. Hanya perlu member waktu menyianginya. Bekerjalah selagi hari masih siang dan terus ada. Hingga saatnya tiba, 30, 60 sampai 100 kali ganda tuaian kan tiba tuk dituai para pekerja selanjutnya.
Cirebon, November dua belas – 2010
15.00 WIB
* dalam perenungan yang dalam akan sebuah kegundahan
Langganan:
Komentar (Atom)
Ketika semua yang terlintas tak sempat terucap...
Maka muailah menuliskannya
Mengejar sesuatu yang telah berlalu tak akan membuat kita merasa dapat memperbaiki masa lalu
Tuliskanlah...
Mengejar sesuatu yang telah berlalu tak akan membuat kita merasa dapat memperbaiki masa lalu
Tuliskanlah...

