”Pergilah dan Perbuatlah Demikian”
Oleh Redywan James Purba
Jawab orang itu: ”Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.”
Kata Yesus kepadanya: ”Pergilah, dan perbuatlah demikian!”
Lukas 10:37
Dalam satu kutipannya, Dennis Prager mengatakan ’hanya satu kebahagiaan hidup, mengasihi dan dikasihi’. Sepintas memang benar bahwa itulah kebahagiaan hidup yang paling berarti di dunia dan saya menyetujuinya. Berapa banyak orang yang ada di dunia yang tidak bahagia hanya karena tidak ada orang yang mengasihi mereka dan tidak ada orang yang ingin mereka kasihi. Mengasihi dan dikasihi! Pertanyaannya, mengasihi siapa?
Jika kita perhatikan dalam perikop Orang Samaria yang murah hati (The Parable of the Good Samarian) dalam Lukas 10:25-37, kita akan menemukan satu kejadian yang menarik dari perumpamaan Tuhan Yesus. Pada saat orang yang sedang melakukan perjalanan dari Yerusalem ke Yerikho itu dirampok, dipukul dan ditinggalkan setengah mati, ada tiga orang yang melihat dan melewati jalan itu. Mereka adalah seorang Imam, seorang Lewi dan orang Samaria.
Imam (Priest) adalah orang yang biasa menjadi penghubung antara Allah dan manusia dalam pelaksanaan ibadah. Mereka adalah representatif Allah (God’s representative). Seorang Lewi (Levite) yang biasa adalah asisten para imam dan sering disebut sebagai contoh dari kebenaran (examples of rightteousness) . Kita berharap bahwa dari antara merekalah yang akan nantinya menolong orang yang hampir mati tersebut. Kenyataannya ’Tidak!” mereka hanya melewati dan membiarkan orang itu tergeletak di jalan dan tidak menghiraukannya.
Sebaliknya orang Samaria (Samaritan), yang dalam kehidupan sehari hari tidak bergaul dengannya, hatinya tergerak oleh belas kasihan kepada orang tersebut dan menolong dia. Yang menarik adalah wujud dari belas kasihan seorang Samaria tersebut,
Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.
Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.
Jika kita perhatikan dengan baik, maka kita akan melihat berapa besar pengorbanan yang dilakukan oleh orang Samaria tersebut kepada orang yang menjadi “musuh”nya. Merelakan persediaan obatnya terpakai, minyak dan anggur, menaikkan orang tersebut keatas keledainya dan diapun berjalan kaki, membawa ke penginapan dan membayar sendiri biaya dan bersedia membayar keseluruhannya. Sekali lagi untuk orang yang tidak dikenalnya, orang yang tidak memiliki ikatan darah bahkan mungkin musuh bagi kaumnya.
Saudara-saudara bagaimana dengan kita? Orang yang mengaku percaya dan memiliki kasih itu? Bagaimana kita menyatakanya? Kasih kepada orang-orang yang mungkin bukan saudara kandung kita, bukan orang yang kita kenal sebelumnya. Orang-orang yang berada di sekitar kita. Di lingkungan dan kampus kita, bahkan teman-teman persekutuan kita. Teman-teman yang dipercayakan untuk menjadi pemimpin KTB melihat kepada AKTBnya, bukankah mereka orang yang pantas untuk dikasihi. Di peringatan hari kasih sayang dan bukan hanya pada hari ini saja mari kita menyatakan kasih itu kepada orang-orang disekitar kita. Sekalipun kita harus mengorbankan beberapa hal dari apa yang kita miliki, “Mari memiliki belas kasihan seperti seorang Samaria.” Karena Kristus sendiri yang terlebih dahulu menyatakan kasih yang utama dan Dia memerintahkan kita “Pergilah dan Perbuatlah Demikian!” Selamat Hari Kasih Sayang.
Renungan Yobel PMK 3 UNPAR
Edisi feb - Maret 2009
Jumat, 02 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ketika semua yang terlintas tak sempat terucap...
Maka muailah menuliskannya
Mengejar sesuatu yang telah berlalu tak akan membuat kita merasa dapat memperbaiki masa lalu
Tuliskanlah...
Mengejar sesuatu yang telah berlalu tak akan membuat kita merasa dapat memperbaiki masa lalu
Tuliskanlah...


Tidak ada komentar:
Posting Komentar